watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Gairah nafsu sepupuku

Kenalkan, nama saya Boy, teman-teman biasa
memanggilku Mas Boy. Saya seorang pemuda
berusia 25 tahun dengan tinggi badan 170 cm
dan berat 55 kg. Meski usia saya kini sudah
seperempat abad, namun pengetahuan saya
dalam dunia percintaan masih sangat minim
dan belum punya banyak pengalaman yang
layak dibanggakkan sebagaimana layaknya anak
muda jaman sekarang. Sekarang saya sedang
bekerja pada sebuah perusahaan swasta yang
bergerak di bidang jasa.
Jarak kantor itu sekitar 5 km dari tempat tinggal
saya. Kini saya tinggal dengan Om saya. Om
Rudy sehari-hari bekerja sebagai Kepala sekolah
di sebuah SMK Negeri yang cukup terkenal di
kota kami, sementara tante saya bekerja sebagai
perawat di sebuah RS swasta. Kedua anaknya
tinggal kost di kota lain karena mereka tidak
mau kuliah di kota kami. Sejak kedua anaknya
kuliah dan tinggal di kota lain, om dan tante
saya hanya tinggal bertiga dengan seorang
pembantu.
Sekitar dua bulan kemudian Om Rudy
mengajak saya agar saya tinggal bersama
mereka, dengan alasan daripada saya harus
kost di luar, lebih baik saya tinggal di rumah om
saya saja karena di rumahnya ada kamar yang
kosong, kata om Rudy memberi alasan.
Sebulan kemudian, tante Rini membawa
keponakannya ke rumah. Nama keponakan
tante Rini adalah Endang, usianya 15 tahun, ia
sudah duduk di kelas dua SMKK Negeri. Endang
adalah seorang gadis yang cantik, cerdas, rajin
dan baik hati pada semua orang. Suatu ketika,
om Rudy dan tante Rini pergi menghadiri acara
perpisahan siswa kelas II di sekolah tempat om
mengajar.
Ia sempat mengajak saya, namun saya
menolak dengan alasan saya agak lelah, lalu
tante Rini mengajak Endang, namun Endang
juga menolak dengan alasan Endang lagi ada
tugas dari sekolah yang harus diselesaikan
malam itu juga karena besok tugas itu sudah
harus dikumpulkan. Sebelum om dan tante
meninggalkan rumah, mereka tidak lupa
berpesan agar kami berdua berhati-hati, karena
sekarang banyak maling yang pura-pura datang
sebagai tamu, namun ternyata sang tamu tiba-
tiba merampok setelah melihat situasi yang
memungkinkan. Setelah selesai berpesan, om
dan tante pun pergi sambil menyuruh saya
menutup pintu.
Sejak kepergian om dan tante, rumah jadi
hening, kini hanya ada suara TV, namun
sengaja saya kecilkan volumenya karena
Endang sedang belajar. Saya hanya duduk di
ruang depan menonton sebuah sinetron yang
ditayangkan salah satu stasiun TV swasta. Saya
sempat menyaksikan adegan panas seorang
lelaki paruh baya yang sedang asyik
berselingkuh dengan seorang gadis yang
ternyata teman sekantornya sendiri. Karena
terlalu asyiknya saya nonton TV, sehinggak
saya sangat kaget ketika sebuah tangan
menepuk pundak saya. Setelah saya lihat
ternyata Endang, ia tersenyum manis sambil
menarik lenganku dengan manja menuju
kamarnya. Saya jadi deg-degan setelah melihat
penampilannya, ternyata ia hanya mengenakan
celana pendek ketat warna coklat muda dengan
kaos orangenya yang super ketat, sehinggak
lekuk-lekuk tubuhnya tampak begitu jelas.
Sejenak saya terpana melihat tubuhnya yang
nyaris sempurna. Saya amati pinggangnya
bagai gitar spanyol dengan paha yang kencang,
mulus, dan bersih. Selain itu juga tampak buah
dadanya sangat menantang. Sepertinya ukuran
BH-nya 34B. Pemandangan itu sempat
mengundang pikiran jahat saya. Bagaimana
rasanya kalau saya menikmati tubuhnya yang
nyaris sempurna itu. Namun saya berusaha
menyingkirkan pikiran itu karena saya pikir
bahwa dia adalah sepupu ipar saya, tinggal
serumah dengan saya dan saya pun
menganggapnya sudah seperti adik kandung
saya sendiri.
"Ada apa sih? Kok kamu mengajak saya masuk
ke kamar kamu?" kataku agak bingung sambil
berusaha melepaskan tangan saya.
Sebenarnya bukan karena saya menolak tetapi
hanya karena grogi saja. Maklum saya belum
pernah masuk ke kamar Endang sebelumnya.
"Kak, Endang mau minta tolong nih!" katanya
sambil menatapku manja.
"Kakak mau nggak membantu saya
menyelesaikan tugas ini, soalnya besok sudah
harus dikumpul." kata dia setengah merengek.
"Oh, maksudnya kamu mau minta tolong agar
saya membantu kamu mengerjakan tugas itu?
Okelah. Saya akan membantumu dengan
senang hati, saya kan sudah berjanji untuk
selalu menolongmu." kataku mantap.
"Asyik, makasih ya kak." kata Endang sambil
menciumku.
Kontan saya merasa tersengat aliran listrik
karena meskipun umur sudah 25 tahun, saya
belum pernah mendapat ciuman seperti itu dari
seorang gadis, apalagi ciuman itu datangnya
dari gadis secantik Endang.
Saya pun segera membantunya sambil sesekali
mencuri padang padanya, namun sepertinya ia
tidak menyadari kalau saya memperhatikanya.
Setelah kami mengerjakan tugas itu sekitar 30
menit, tiba-tiba Endang berhenti mengerjakan
tugas itu. Ia mengeluh sambil memegangi
keningnya.
"Kak, Endang pusing nih, boleh nggak kakak
pijitin kepala Endang?" katanya sambil
merapatkan badannya ke dada saya.
Sempat saya merasakan gesekan dari
payudaranya yang cukup kencang namun
terasa lembut.
"Emang kenapa kok Endang tiba-tiba pusing?"
tanya saya agak heran.
"Ayo kak, tolong pijatin dong, kepala Endang
pening!"
"Oke, dengan senang hati lagi." kataku penuh
antusias.
Saya lalu mulai menekan-nekan keningnya
dengan tangan kiri saya dan tangan kanan. Saya
menahan lehernya agar badannya tidak
bergoyang. Sesekali saya juga mengelus
pundaknya yang putih bersih.
"Kak, belakang leher Endang juga kak, soalnya
leher Endang agak kaku nih." katanya sambil
menuntun tangan saya pada lehernya. Setelah
saya memijatnya sekitar lima menit, ia lalu
berdiri sambil menarik tangan saya.
"Kak, Endang baring di ranjang aja ya? Biar
pijitnya gampang."
"Terserah Endang ajalah." kata saya sambil
mengikutinya dari belakang.
Lagi-lagi saya terkesima melihat pinggulnya
yang sungguh aduhai. Ia lalu berbaring
telungkup di atas ranjang sambil menyuruh
saya memijat leher dan punggungnya. Sesekali
saya melihat dia menggerakkan tubuhnya,
entah karena sakit atau karena geli. Saya tidak
tahu pasti, yang jelas saya juga sangat senang
memijat punggungnya yang sangat seksi.
Entah karena gerah atau bagaimana, tiba-tiba
saja ia bangun.
"Kak, Endang buka baju saja ya? Sekalian pakai
balsem biar cepat sembuh."
"Mungkin Endang masuk angin." katanya sambil
melepaskan kaosnya, lalu kembali berbaring di
depan saya.
Saya terkesima melihat kulit tubuhnya yang
kuning langsat. Dalam hati saya berpikir
alangkah bahagianya saya kalau kelak
mempunyai istri secantik Endang. Saya terus
memijatnya dengan lembut. Sesekali saya
memutar-mutar jari-jari saya di tepi rusuknya.
Setiap saya meraba sisi rusuknya, ia kontan
menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan.
Kadang juga pinggulnya ditarik. Maklum, ia
belum terbiasa disentuh laki-laki. Saya juga
sudah mulai merasakan penis saya mulai
bergerak-gerak dan kini sudah semakin tegang.
Tiba-tiba ia membalikkan tubuhnya menghadap
ke arah saya.
"Kak, Endang buka aja BH-nya ya kak? Soalnya
gerah nih." "Terserah Endang lah." kata saya.
Kini kami saling berhadap-hadapan, ia berbaring
menatap ke arah pandangan saya dan saya
berlutut di samping kanannya. Dia hanya
tersenyum manja, saya pun membalas
senyumanya, nafas saya sudah mulai tidak
menentu. Sepertinya nafas Endang juga sudah
mulai tidak terkendali, saya melihat bukitnya
yang nampak berdiri kokoh dengan pucuk
warna merah jambu kini sudah mulai turun
naik. Saya sempat grogi dibuatnya, bagaimana
tidak, selama ini saya belum pernah melihat
pemandangan seindah ini.
Di depan saya kini tergeletak seorang gadis
yang tubuhnya begitu memabukkan dengan
desahan nafas yang membuat batang
kejantanan saya sudah berdenyut-denyut.
Seakan-akan penis saya mau lompat menerjang
tubuh Endang yang terbaring mengeliat-geliat,
sungguh darah muda saya mulai berdesir
kencang. Kini saya mulai merasakan detak
jantung saya sudah tidak beraturan lagi.
"Kenapa kak?" katanya sambil tersenyum
manja.
"Nggak, nggak papa kok." kata saya agak grogi.
"Sudahlah, ayo Kak pijatnya yang agak keras
dikit."
"Iya, iya" jawab saya.
Saya lalu mulai mengelus-elus perutnya yang
putih bersih itu, tanpa sengaja saya
menyenggol gundukan di dadanya.
"Ahh.." katanya sambil menggeliatkan
tubuhnya. Saya dengan cepat memindahkan
tangan, tetapi ia kembali menariknya
"Tidak apa-apa kak, terusin saja." katanya.
Wah, benar-benar malam ini adalah malam
yang sangat menyenangkan bagi saya karena
tidak pernah terlintas di dalam pikiran saya akan
mendapat kesempatan seperti ini. Kesempatan
untuk mengelus-elus tubuh Endang yang
sangat merangsang.
"Saya tidak boleh melewatkan kesempatan
sebaik ini," kata saya dalam hati.
Kini Endang semakin merasakan sentuhan jari-
jari saya, saya melihat dari desahan nafasnya
dan dari tubuhnya yang sudah mulai hangat.
Entah setan apa yang membuat Endang lupa
diri, dia tiba-tiba menarik wajah saya, lalu
mengusapnya dengan jari-jarinya yang lembut
dan mulai mencium dan menggigit bibir saya.
Saya hanya pasrah dan terus terang saya juga
sebenarnya sangat menginginkanya, namun
selama ini saya pendam saja karena saya
menghargainya dan menganggapnya sebagai
adik sendiri.
Tetapi saat ini pikiran itu telah sirna dari kepala
saya yang dialiri oleh gelora darah muda saya
yang menggelora. Ia terus mencium saya dan
kini ia melepaskan kaos yang saya pakai lalu
membuangnya di samping ranjang.
"Endang, ada apa ini?" tanya saya setengah tidak
percaya dengan apa yang sedang ia lakukan.
Tetapi ia tidak memperdulikan kata-kata saya
lagi. Melihat gelagat Endang yang sudah di luar
batas kendali itu, saya pun tidak mau tinggal
diam. Saya mulai membalas ciumannya,
melumat bibirnya dan menghisap lehernya
yang putih bersih. Saya merasakan penis saya
semakin keras dan berdenyut-denyut. Endang
terus mencium bibir saya dengan nafas
tersengal-sengal. Saya pun tidak mau kalah,
saya mulai meremas-remas payudaranya yang
masih kencang dan menantang. Kini saya mulai
mengisap pucuknya.
"Achh.." ia menggeliat.
Saya melihat Endang semakin menikmati
perbuatannya. Sesekali ia menggerakkan
pinggulnya ke kiri dan ke kanan sambil
mendesah nikmat. Endang melihat penis sudah
mendongkrak celana pendek saya, ia lalu
menyelipkan tangannya ke dalam CD saya dan
ia kini sudah menggenggam penis saya yang
berdiri tegak dengan otot-otot yang berwarna
kebiruan. Ia lalu menarik celana pendek dan CD
saya dan kemudian melemparkannya ke lantai.
Ia kembali menangkap penis saya dan
mengocoknya dengan jari-jarinya yang lembut.
"Aachh.. achh.." benar-benar nikmat rasanya.
Saya merasakan penis saya semakin tegang
dan semakin panjang. Ia terus mempermainkan
milik saya yang sudah berdenyut-denyut dan
mulai mengeluarkan cairan bening.
Saya pun tidak mau ketinggalan. Saya lalu
menyelipkan jari-jari saya ke selangkangannya.
Saya merasakan lubang kemaluannya sudah
hangat dan sudah sangat basah dengan cairan
warna bening mengkilat. Rupanya ia sudah
benar-benar sangat terangsang dengan
permainan kami. Dengan nafas yang tersengal-
sengal, saya lalu melorotkan celana Endang lalu
meremas-remas pahanya yang putih mulus
dan masih kencang.
Saya tidak sanggup lagi menahan nafsu saya
yang sudah naik ke ubun-ubun saya. Dengan
sekali tarik, saya berhasil melepaskan CD-nya
Endang. Kini ia benar-benar bugil. Saya sejenak
terpana menyaksikan tubuhnya yang kini tanpa
sehelai benang, dengan kulit kuning langsat,
halus, bersih dan bentuk badan yang sangat
seksi sungguh nyaris sempurna. Saya benar-
benar tidak tahan melihat vaginanya yang
ditumbuhi rambut tipis dan halus dengan
bentuknya yang mungil berwarna coklat agak
kemerah-merahan.
Kembali penis saya berdenyut-denyut, seakan
meronta-ronta ingin menerjang lubang nikmat
Endang yang masih terkatup rapat. Saya sangat
gemas melihat liang kemaluannya dan kini saya
mulai mengusap-usap bibirnya dan meremas
klitorisnya. Lubang nikmat Endang sudah
sangat basah. Saya melihat Endang semakin
terlelap dalam nafsunya. Ia hanya mengerang
nikmat.
"Achh.. achh.. ohh.. ohh.." Saya terus menjilat
klitorisnya. Ia hanya mendesah,
"Achh.. achh.." sambil menarik-narik
pinggulnya.
"Kak, ayo masukin kak!" sambil menarik penis
saya menuju bibir kemaluannya.
"Oke sayang," lalu saya membuka kakinya.
Kemudian saya melipat kakinya dan
menyuruhnya supaya ia membuka pahanya
agak lebar. Saya lalu menarik pantat saya dan
merapatkan pada selangkangannya. Ia dengan
cekatan meraih batang kemaluan saya lalu
menempelkannya di bibir kemaluannya yang
masih sangat rapat namun sudah basah
dengan cairan lendirnya.
"Pelan-pelan ya kak, Endang belum biasa."
"Iya sayang," kata saya sambil mengecup
bibirnya yang merekah basah. Saya kemudian
mendorongnya pelan-pelan.
"Achh.. sakit kak."
"Tahan sayang."
Saya lalu kembali mendorongnya pelan-pelan
dan kini batang saya sudah bisa masuk
setengahnya. Endang hanya menggeliat dan
menggigit bibirnya. Saya terus mendorongnya
sambil memeluk tubuhnya. Sesekali saya
menyentaknya agak keras.
"Achhkk.. sakit kak, pelan-pelan donk!" memang
vaginanya masih sangat rapat, maklum ia
masih perawan.
"Tahan ya sayang," saya mencoba
menenangkannya sambil memegang
pinggulnya erat-erat.
"Akk.." Endang meringis keras. Ia memukul
dada saya dengan keras sambil menarik
pantatnya.
"Sakit kak, sakitt.."
Saya merasakan batang kejantanan saya
menembus sesuatu yang kenyal dalam lubang
kenikmatan Endang. Rupanya batang saya telah
berhasil menembus selaput daranya. Dari liang
sorga Endang tampak mengalir darah segar.
Saya terus menggoyang-goyangkan pinggul
maju mundur sambil menciumi bibirnya dan
meremas-remas gunungnya yang sangat
menantang itu. Sesekali saya melihat dia
merapatkan kedua pahanya sambil mengigit
bibirnya. Benar-benar milik Endang sungguh
nikmat, saya merasakan vaginanya semakin
basah dan licin, namun tetap saya merasakan
kejantanan saya terjepit dan kadang seperti
dihisap oleh vaginanya Endang. Kini saya
merasakan batang kemaluan saya sudah
berdenyut-denyut sepertinya ingin
memuntahkan sesuatu, namun saya tetap
menahannya dengan mengurangi irama
permainan saya.
"Terus kak, terus.." ia menggeliat.
Saya melihat kedua kakinya mengejang.
Gerakan saya kembali saya pacu, membuat
payudaranya agak bergoyang dan sepertinya
semakin membesar berwarna kemerah-
merahan.
"Achh.. achh.. Kak cepat kak, cepat kak." sambil
menggeliat.
Ia merapatkan pahanya. Dia mulai menggerak-
gerakkan tangannya mencari pegangan.
Akhirnya ia memelukku dengan erat dan
mengangkat kedua kakinya. Sambil menggigit
bibirnya, ia memejamkan matanya. Saya
merasakan kalau kini badannya sudah kaku dan
hangat. Akhirnya Endang memelukku erat-erat
dan mengangkat pantatnya sambil berteriak.
"Achhkk.." Saya merasakan badannya bergetar
dan sepertinya ada sesuatu yang hangat
menyentuh batang kejantanan saya, rupanya
Endang sudah orgasme.
Saya semakin tidak kuat menahan denyutan
dari buah kejantanan saya, akibat kenikmatan
yang diberikan Endang sangat luar biasa, batang
saya semakin berdenyut-denyut dan kini saya
benar-benar tidak sanggup lagi menahannya.
Lalu saya mempercepat gerakan saya dan
mendorong penis saya lebih dalam lagi sambil
menarik tubuh Endang dengan erat ke dalam
pelukan saya.
Saya merasakan kenikmatan yang sangat
dahsyat itu. Kini semuanya mengaliri dan
menggetarkan seluruh tubuh saya mulai dari
ubun-ubun sampai ujung kaki saya.
Akhirnya, "Srett.. srett.. srett.." Kejantanan saya
mengeluarkan cairan hangat dalam lubang
kemaluan Endang.
Saya sempat bingung dan takut karena telah
menikmati tubuh Endang secara tidak sah.
Namun rasa nikmat itu lebih dahsyat sehingga
pikiran itu segera sirna. Saya hanya tersenyum
lalu mengecup bibir Endang dan mengucapkan
terima kasih pada Endang. Tampak tubuh
Endang basah dengan keringatnya tetapi terlihat
wajahnya berseri-seri karena puas. Endang
hanya merapatkan kedua tangannya ke sisi
tubuhnya. Ketika saya mencabut batang
kejantanan saya dari vaginanya ia hanya
tersenyum saja. Astaga, saya melihat di sprey
Endang terdapat bercak darah. Tetapi segera
Endang bangun dan menenangkan saya.
"Tenang mas, nanti saya cuci, tak akan ada
yang mengetahuinya."
katanya sambil meletakkan jarinya di kedua bibir
saya. Kami berdua lalu menuju ke kamar
mandi. Di situ kami masih sempat
melakukannya sekali lagi, lalu akhirnya kami
kembali mandi dan kembali ke kamarnya
Endang. Setelah saya mengambil baju dan
celana, saya pun menuju ruang tamu. Tidak
lama kemudian keluarlah Endang dari kamarnya
lalu mengajak saya makan malam berdua.
Katanya, ia sengaja duluan makan karena tidak
ingin bertemu dengan om dan tante malam ini.
Mungkin Endang malu dan takut kalau
perbuatan kami ketahuan. Setelah makan, ia
kembali ke kamarnya. Entah ia tidur atau belajar,
saya tidak tahu pasti.
Tidak lama kemudian, om dan tante datang.
Mereka menceritakan keadaan pesta itu yang
katanya cukup ramai dibanding tahun lalu
karena tahun ini siswanya lulus 100 persen
dengan nilai tertinggi di kota kami. Om
menanyakan Endang, tetapi saya katakan
mungkin ia sudah tidur sebab tadi setelah
makan ia sempat mengatakan kepada saya
bahwa ia agak lelah. Om hanya mengangguk
lalu menuju kamarnya, katanya ia juga sudah
makan dan kini ia pun ingin istirahat.
Saya tersenyum puas dan kembali menonton
sebentar, lalu masuk kamar saya. Di dalam
kamar, saya tidak bisa tidur membayangkan
kejadian yang baru saja terjadi beberapa jam
yang lalu. Malam ini saya sangat senang karena
telah merasakan sesuatu yang tidak pernah
saya rasakan sebelumnya dan pengalaman
yang sangat manis ini tentu tidak akan pernah
saya lupakan sepanjang hidup saya.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/733
U-ON

inc Powered by Xtgem.com